Apa Yang Anda Cari Ada Disini
Loading
Selasa, 23 Oktober 2012
Awas Penipuan Via SMS Merajalela
Penipuan lewat HP, Kebetulan atau Terencana?
Posted on Oct 23 2012 by mutiarabirusamudra
Pernah tiba-tiba dapat SMS atau telepon yang laksana meniupkan angin surga karena tanpa sebaba apapun kita dinyatakan mendapatkan hadiah berupa uang, sepeda motor, atau barang-barang berharga lainnya. Atau, SMS dan telpon yang menimbulkan kepanikan dan kekhawatiran teramat sangat karena mengabarkan anggota keluarga kita ada mendapat kecelakaan? Saya sendiri sudah berkali-kali. Namun, karena saya orangnya tidak pedulian dengan hal-hal yang seperti itu, kabar tak jelas, umumnya lewat SMS, hanya saya baca sekilas dan dibuang ke tong sampah.
Iming-iming hadiah atau serangan kekhawatiran mendadak diatas adalah sedikit dari banyak cara yang digunakan oleh si pengirim SMS atau penelpon untuk menjerat calon korbannya. Meski begitu, apapun caranya, intinya tetap sama, meminta sejumlah uang yang dikirim melalui rekening tertentu.
Tetangga saya hampir menjadi korban penipuan tersebut, bahkan dua kali, dengan cara yang berbeda. Pertama, ia diiming-imingi memenangkan hadiah sepeda motor dari satu perusahaan tertentu. Merasa tidak mengikuti even apapun, ia pun sedikit menaruh curiga. Meski diminta untuk mengirimkan uang dengan alasan sebagai biaya transportasi pengiriman hadiah, tetangga saya tersebut mencoba mengelak dan mengatakan bahwa semua biaya akan diganti ketika hadiah tiba di tempat. Si penelpon tak kehabisan akal. Ia mengatakan sedang dalam perjalanan menuju kantor kecamatan. Komunikasipun berlangsung selama beberapa saat, sampai akhirnya si penelpon tak bisa menjawab saat ditanya ciri-ciri kantor kecamatan dimana saat itu ia berada.
Kejadian kedua membawa kabar mengkhawatirkan, yang bahkan membuat dia geleng-geleng kepala keheranan. Ceritanya, pagi itu anaknya berangkat ke Surabaya untuk kembali masuk kuliah selepas liburan. Mungkin baru satu jam sang anak meninggalkan rumah. Tiba-tiba, ia mendapat telpon yang mengabarkan anaknya menabrak seseorang hingga meninggal. Lagi-lagi, ia diminta untuk mengirimkan uang sebagai biaya masuk rumah sakit. Namun, kembali ia menolaknya, dan menannyakan nama rumah sakitnya. Setelah sang penelpon memberikan nama rumah sakitnya, ia pun memutuskan berangkat sendiri untuk membuktikannya sendiri. Sementara itu, sang istri yang langsung dilanda kekhawatiran teramat sangat terus menerus mencoba menghubungi si Anak. Namun, sialnya, telpon itu tak juga terangkat. Hingga, beberapa saat kemudian, tiba-tiba si anak menelpon dan mengabarkan telah sampai di tempat kos-nya dengan selamat. Si istri pun segera menelpon suaminya, dan semua berakhir.
Jika tetangga saya masih menjadi calon korban dan gagal, adik saya sudah menjadi korbannya. Uang sebesar 1,5 juta lenyap begitu saja. Ceritanya, sore itu ia mendapat SMS yang mengatasnamakan pegawai BAAK kampusnya dengan mengatakan bahwa sebagai salah satu finalis PKM di kampusnya beberapa waktu yang lalu, ia mendapat undangan dari DIKTI untuk mengikuti pelatihan penulisan proposal karya tulis ilmiah. Sebagai konsekueninya, ia harus mengirim sejumlah uang sebagai biaya transportasi pesawat. Satu nomor telpon disertakan dengan mengatasnamakan Rektor kampus. Adik saya pun sempat menaruh curiga karena even ini sudah selesai sejak beberapa bulan yang lalu. Namun, karena nama yang terpampang di layar HP-nya adalah benar-benar nama pegawai BAAK kampusnya, ia pun memutuskan untuk menghubungi nomor atas nama Rektor yang disertakan diakhir SMS tersebut. Dan..deng..acara DIKTI itu berlangsung beberapa hari lagi. Sore itu, ia harus segera mengirimkan uang melalui nomor rekening tertentu. Adik saya pun segera kalang kabut. Kecurigaan yang sempat muncul menghilang begitu saja. Saat sempat menelpon saya pun, bicaranya tergesa-gesa dan saya tidak bisa menangkap pembicaraannya secara utuh. Saya pun sempat mencoba menghubunginya namun nada sibuk yang selalu saya dengar. Nampaknya, ia sedang menelpon nomor yang mengatasnamakan Rektor tersebut. Sebelum uang benar-benar dikirim, teman yang menyertainya ke mesin ATM mencoba untuk mengingatkan kalau-kalau ini adalah penipuan. Tapi, sudah tidak dihiraukan. Dan terkirimlah uang tersebut. Baru setelah itu, ia seperti tersadar. Ia menelpon saya dan mengabarkan mungkin telah menjadi korban penipuan. Saya pun menyarankannya untuk menghubungi dosen atau siapapun pegawai kampus yang memiliki nomor pegawai BAAK yang tadi menghubunginya atau nomor rektor yang tadi disertakan. Hari sudah sore. Tak banyak yang masih tinggal dikampus. Namun, ia sempat mendapat nomor pegawai BAAK tersebut dan ternyata berbeda. Esoknya, semua semakin jelas saat pihak kampus mengirimkan SMS agar semua finalis PKM tidak tertipu dengan SMS yang mengatasnamakan DIKTI.
Kejadian-kejadian diatas memunculkan satu pertanyaan dibenak saja, apakah ini kebetulan atau sudah terencana dan terorganisir? Kejadian pertama, bolehlah jika kita anggap kebetulan. Dengan mengirim SMS ke nomor secara acak dan menunggu siapa yang merespon. Kejadian kedua, ini yang agak sulit. Jika dikatakan kebetulan, kenapa momennya begitu tepat? Namun, jika terencana dan terorganisir, berarti dilakukan oleh pihak-pihak dekat yang tahu persis bahwa anaknya sedang berangkat ke Surabaya. Kejadian yang ketiga, yang menimpa adik saya, membuat saya semakin tak habis fikir. Mengetahui nama pegawai BAAK dan bahwa adik saya finalis PKM, membuat saya mencapai kesimpulan, ini bukan lagi kebetulan, pasti sudah terencana dan terorganisir. Apalagi, kabarnya ada juga finalis-finalis lain yang mendapatkan kiriman SMS yang sama. Namun, siapa yang merencanakan dan mengorganisirnya?
Well, apapun cara dan motifnya, apakah hanya kebetulan atau terencana dan terorganisir, penipuan tetaplah penipuan. Kita harus tetap waspada, karena kita pun berpotensi untuk menjadi korban-korban selanjutnya. Lalu, apa yang harus kita lakukan?
Pertama, hubungi teman, atau pihak-pihak tertentu. Hal ini cukup penting sehingga kita bisa memastikan bahwa SMS atau telpon yang kita dapatkan bukan penipuan. Kita tidak bisa mengabaikan begitu saja, terutama ketika datang kabar duka. Jangan-jangan memang itu benar adanya. Maka, untuk memastikannya, kita harus melakukan cek kebenaran terkait berita tersebut.
Kedua, tidak mudah tergiur dan tergoda. Memang, sangat sulit untuk tidak tergiur dan tergoda saat tiba-tiba kita mendapat sejumlah uang atau hadiah barang. Siapa yang tidak senang mendapat hadiah? Namun, kita harus memproteksi diri kita dari rasa itu. Saat, misalnya, kita sadar bahwa kita tidak mengikutii even-even apapun, hampir mustahil kita mendapatkan hadiah. Dan, ketika kabar itu datang, hampir pasti itu adalah penipuan. Menahan diri untuk tidak langsung tergiur dan tergoda akan membuat kita bisa berfikir lebih rasional dan tenang.
Ketiga, jangan menghubungi nomor telpon tersebut apalagi ketika nomornya tidak dikenali. Satu hal yang diharapkan oleh pelaku penipuan ini adalah calon korbannya memberikan respon terhadap SMS yang dikirimkan. Saat sang calon korban memberikan respon, jerat-jerat penipuan mulai ditebar. Kita akan dengan tanpa sadar masuk perangkapnya.
Satu hal yang juga tidak kalah pentingnya adalah kita harus terus mencoba mengenali beragam cara penipuan. Ada banyak cara yang digunakan untuk menjerat calon korban. Bahkan, mungkin akan terus berkembang seiring dengan kebutuhan. Namun, sejauh ini, dari berbagai cerita yang saya dengar, ada satu cara yang sama dari semua motif penipuan, yaitu, saat si korban sudah mulai masuk dalam jeratan, sang aktor penipuan akan terus meminta hubungan telpon dan tidak mau matikan sampai proses yang diinginkan selesai.
Masih banyak cara lain yang bisa kita gunakan untuk menangkan serangan penipuan ini. Mengharapkan kejahatan ini lenyap sangatlah sulit karena pelakunya tidakmudah untuk dilacak dan diberantas. Dan, hal paling rasional adalah memproteksi diri kita dengan selalu waspada.
Langganan:
Postingan (Atom)