Photobucket Photobucket SELAMAT DATANG DI WWW.EKARAHAYU.TK SEMOGA BERMANFAAT BAGI SEMUANYA BACA JUGA BLOG SAYA YANG LAIN KLIK DISINI

Apa Yang Anda Cari Ada Disini

Loading

Sabtu, 21 Maret 2009

Pertumbuhan dan Perkembangan Janian

Dalam istilah pertumbuhan perkembangan sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut:

a) Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter),umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).

b) Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel – sel tubuh, jaringan tubuh, organ – organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/ individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.
Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang, merupakan hasil fisiko – psiko – sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda – beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.

Tujuan mempelajari tumbuh kembang :
1) Tujuan umum: menjaga seorang anak dapat tumbuh dan berkembang melalui tahap – tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik, mental, emosi dan sosial sesuai dengan potensi yang dimiliki agar menjadi manusia dewasa yang berguna.

2) Tujuan khusus: mengetahui dan memahami proses pertumbuhan dan perkembangan sejak konsepsi sampai dewasa agar kita dapat mendeteksi kelainan yang terjadi pada proses pertumbuhan dan perkembangan dan segera dapat mengatasi permasalahnnya.

TAHAP –TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK

a) Masa pranatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan), terbagi menjadi 2 (dua) periode:
(1) Masa embrio, yaitu sejak konsepsi sampai usia kehamilan 8 minggu.
(2) Masa fetus yaitu sejak usia kehamilan 9 minggu sampai kelahiran, terbagi 2 periode:
1. Masa fetus dini, sejak usia kehamila 9 minggu sampai trimester II
2. Masa fetus lanjut, sejak trimester III sampai kelahiran

b) Masa postnatal atau masa setelah lahir, terdiri dari beberapa periode:
(1) Masa neonatal (0 – 28 hari)
(2) Masa bayi:
1. Masa bayi dini (1 – 12 bulan)
2. Masa bayi akhir (1 – 2 tahun)
(3) Masa prasekolah (2 – 6 tahun)
(4) Masa sekolah/ prapubertas (wanita: 6 – 10 tahun; laki – laki: 8 – 12 tahun)
(5) Masa adolesensi/ remaja (wanita: 10 – 18 tahun; laki – laki: 12 – 20 tahun)

TAHAP OVUM / PRE EMBRIONIK

a) Sejak fertilisasi sampai hari ke 14
Terjadi replikasi seluler, pembentukan blastosis, dan perkembangan awal selaput embrio : lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm

Segera setelah fertilisasi zigot berjalan melewati tuba munuju cavum uteri sambil melakukan pembelahan sel.
Pembelahan sel pertama selesai dalam waktu 36 jam, selanjutnya dalam waktu 3 hari telah terbentuk blastomer.
Pada hari ke 3 mulai terbentuk morula (terdiri 12 – 16 belahan)
Selanjutnya terbentuk blastomer berisi cairan (blastosit/blastokis)

c) Hari 4 – 6
Blastosit, dengan permukaan luar menjadi trofoblast (cikal bakal placenta) dan bagian dalam membentuk embrio dan dinding amnion serta talipusat

d) Hari 7 – 9 : implantasi
Pada hari ke 7 – 9 terjadi peristiwa implantasi yaitu blastosit menanamkan diri ke dalam dinding endometrium
Pada awal implantasi trofoblast segera membuat jaringan untuk mendapatkan makanan dari pembuluh darah ibu yang berada pada endometrium
Pada hari ke 9 blastosit terus membenamkan dirinya yang selanjutnya menyebabkan dinding endometrium berubah menjadi decidua basalis, decidua capsularis, dan decidua vera

e) Minggu ke 2 : fase pre placenta
Pada saat ini mulai terbentuk dinding amnion dan amnion, serta placenta mulai berkembang.
Fungsi cairan amnion : melindungi dan memberi kebebasan fetus, mempertahankan suhu fetus, tempat ekskresi fetus, dan untuk minum fetus
Fungsi pencari makan untuk zigot masih berada pada trofoblast dengan vili chorialis menyusup pada desidua basalis
Placenta mulai berfungsi pada minggu ke 4 – 5 à pada minggu ke 14-15 berfungsi lengkap dan mandiri
Fungsi placenta:
a. Organ endokrin
b. Difusi aktif nutrisi dan oksigenasi à sisa metabolisme dan CO2
c. Hormon yang dihasilkan placenta : estrogen, progesteron, HcG, HPLl

Membran placenta terdiri dari :
a. Khorion (luar)à kotiledon
b. Amnion (dalam)
c. Melindungi dan menyokong embrio
Cairan :
a. Berada dalam amnion
b. Sumber : urine bayi, sekresi kelenjar, selaput
c. Jumlah sekitar 30 ml pada minggu ke 10 dan mencapai jumlah maksimal 1000 ml pada usia kehamilan 36-37 minggu

f) Tahap embrio
Yaitu sejak hari ke-15 sampai 8 minggu pascakonsepsi / sampai berukuran 3 cm
Pertumbuhan embrio dari embrional plate, yang terdiri 3 unsur lapisan :
Lapisan entoderm / endoderm : Membentuk yolk sac (pada manusia tidak tumbuh terus dan sisa-sisanya terdapat pada tali pusat) dan organ-organ dalam
Lapisan mesoderm : Membentuk otot, tulang, jantung, dan pembuluh darah
Lapisan ectoderm : Membentuk rambut, kuku, kulit, gigi dan SSP
Masa yang paling kritis dalam perkembangan organ dan penampilan luar utama janin
Rentan mengalami malformasi akibat teratogenik lingkungan


TAHAP JANIN

a. Umur 12 minggu
Panjang : 6 – 9 cm, Berat : 19 gram
Kuku terbentuk, kepala lebih besar daripada badan, daun telinga lebih jelas, kelopak mata masih melekat, leher mulai terbentuk
Jenis kelamin dapat dikenali (alat genetalia eksterna telah terbentuk)
Pembentukan darah di sumsum tulang

b. Umur 16 minggu
Panjang : 11,5 – 13,5 / 16 – 18 cm, Berat : 100 gram
Kepala masih dominan , wajah menyerupai manusia , mata , telinga , hidung , mulai menyerupai bentuk sebenarnya , perband lengan kaki sesuai , muncul rambut kepala
Pembentukan darah secara aktif di limpa
Testis dalam posisi turun ke dalam skrotum , vagina terbuka

c. Umur 20 minggu
Panjang : 16 – 18,5 / 25 cm, Berat : 300 gram
Muncul verniks kaseosa , lanugo , dan tungkai bertambah panjang
Gerakan janin cukup kuat untuk dirasakan ibu

d. Umur 24 minggu
Panjang : 23 cm / 30 – 32 cm, Berat : 600 gram
Tubuh langsing, perbandingan sesuai, kulit merah dan berkeriput
Pembentukan kelenjar keringat
Kelopak mata terbuka, alis dan bulu mata tampak
Pembentukan darah meningkat dalam sumsum tulang tapi berkurang di hati
Testis pada cincin inguinalis dalam proses turun ke dalam skrotum

e. Umur 28 minggu
Panjang : 27 cm / 35 cm, B : 1100 gram / 1000 gram
Badan langsing, keriput berkurang dan berwarna merah
Astragalus (talus, tulang tumit) mengalami osifikasi
Refleks menghisap lemah
Pupil dapat bereaksi terhadap cahaya

f. Umur 32 minggu
Panjang : 31 cm, B : 1800 – 2100 gram
Lemak subcutan mulai terkumpul, tampak lebih bulat, kulit merah muda dan licin, menempati posisi persalinan
Terdapat rasa kecap, sadar terhadap suara di luar tubuh ibu
Testis turun ke dalam skrotum

g. Umur 36 minggu
Panjang : 35 cm, B : 2200 – 2900 gram
Kulit merah muda, tubuh montok, lanugo menghilang diseluruh tubuh
Dapat membalik dan mengangkat kepala
Sistem surfaktan paru sudah matur (jika lahir saat ini 90% survival)

h. Umur 40 minggu
Panjang : 40 cm, B : > 3200 gram
Kulit halus dan berwarna merah muda, verniks kaseosa sedikit, lanugo terdapat pada bahu dan bagian tubuh atas saja, tampak tulang rawan hidung dan cuping hidung
Mielinisasi otak dimulai, siklus bangun tidur teratur, menangis jika lapar dan merasa tidak nyaman, refleks menghisap kuat
Testis dalam skrotum, labia mayora berkembang baik

ADAPTASI BAYI BARU LAHIR

Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal (GI), hematologi, metabolik dan sistem neurologis bayi baru lahir harus berfungsi secara memadai untuk mempertahankan kehidupan ekstrauterin.Bayi baru lahir akan mengalamai beberapa perubahabn (Periode transisi ) yang terdiri dari :
- Periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir), pernafasan cepat dan pernafasan cuping hidung sementara, retraksi dan suara seperti mendengkur dapat terjadi.
- Setelah respon awal ini, bayi baru lahir menjadi tenang, relaks dan jatuh tertidur; tidur pertama ini terjadidalam 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung beberap beberapa menit sampai beberapa jam.
- Periode kedua reaktivitas, dimulai waktu bayi bangun, ditandai dengan respon berlebihan terhadap stimulus, perubahan warna kulit dari merah muda menjadi agak sianosis dan denyut jantung cepat.

ADAPTASI FISIOLOGIS
Perubahan fisiologis terjadi saat bayi lahir sebagai periode transisi dari lingkungan intrauterin ke ekstrauterin. Perubahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:


a. Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler yang mengalami perubahan selama periode adaptasi bayi baru lahir adalah foramen ovale, duktus arteriosus dan duktus venosus menutup. Arteri umbilikalis, vena umbilikalis dan arteri hepatika menjadi ligamen. Nafas pertama yang dilakukan bayi baru lahir membuat paru-paru berkembang dan menurunkan resistensi vaskuler pulmoner, sehingga darah paru mengalir. Tekanan arteri pulmoner menurun sehingga menyebabkan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah pulmoner kembali meningkat ke jantung dan masuk ke jantung bagian kiri, sehingga tekanan dalam atrium kiri meningkat. Perubahan tekanan ini menyebabkan foramen ovale menutup. Tangisan dapat mengembalikan darah melalui foramen ovale untuk sementara dan mengakibatkan sianosis ringan.
Bila tekanan PO2 50 mmHg, duktus arteriosus akan kontriksi dengan PO2 janin 27 mmHg. Kemudian duktus arteriosus menutup dan menjadi sebuah ligamentum. Pada kala III dilakukan pemotongan tali pusat bayi dapat segera menutup dan berubah menjadi ligamentum. Arteri hipogastrik juga menutup dan menjadi ligamen.

1) Bunyi dan Denyut Jantung
Denyut jantung bayi baru lahir berkisar antara 120x/menit dan 160 x/menit. Frekuensi tersebut berbeda ketika bayi tidur dan saat bangun. Aritmia sinus pada usia ini dapat dipersepsikan sebagai suatu fenomena fisiologis. (Lowrey dalam Bobak 2005).
Bunyi jantung selama periode neonatal bernada tinggi (high pitch), lebih cepat (short in duration) dan memiliki intensitas yang besar dari bunyi jantung orang dewasa. Kebanyakan bunyi murmur yang terdengar pada periode neonatal tidak bermakna patologis dan menghilang setelah berusia enam bulan. Pada kehamilan cukup bulan, jantung janin terletak di tengah puncak kepala dan bokong. Titik impuls maksimum (point of maximum impuls (PMI)) berada di ruang intercosta keempat dan sebelah kiri garis midklavikular.

2) Volume dan Tekanan Darah
Tekanan darah sistolik bayi baru lahir ialah 78 mmHg dan diastolik 42 mmHg. Tekanan darah ini sering menurun selama satu jam pertama. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80 sampai 110 ml/kg selama beberapa hari pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Secara proporsional, bayi baru lahir memiliki volume darah sekitar 10 % lebih besar dan memiliki jumlah sel darah merah hampir 20% lebih banyak daripada orang dewasa, namun mengandung volume plasma sekitar 20% lebih kecil bila dibandingkan dengan kilogram berat badan orang dewasa. Pengkleman tali pusat mengubah dinamika sirkulasi darah bayi baru lahir. Tindakan klem yang terlambat akan meningkatkan volume darah dari tranfusi plasenta. Keadaan ini akan menyebabkan ukuran jantung, tekanan darah sistolik dan kecepatan pernafasan meningkat.


b. Sistem Hematopoesis
Hemoglobin bayi baru lahir berkisar antara 14,5 sampai 22,5 g/dl. Hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72% dan hitung SDM berkisar antara 5 sampai 7,5 juta / mm3. Secara berturut-turut, hemoglobin dan hitung SDM menurun sampai mencapai pada akhir bulan pertama.
Darah bayi baru lahir mengandung sekitar 80% hemoglobin janin. Persentasi hemoglobin janin menurun sampai 55% pada minggu kelima sampai 5% pada minggu ke-20. Penurunan ini terjadi karena umur sel yang mengandung hemoglobin janin lebih pendek. Simpanan besi biasanya cukup untuk mempertahankan produksi SDM normal selama lima bulan. Persediaan zat besi pada bayi yang tali pusatnya tidak segera di klem dapat meningkat karena 80 ml darah plasenta mengandung 50 mg zat besi (Cunningham, Mac Donald, Gant dalam Bobak 2005).
Tindakan klem yang terlambat menyebabkan hemoglobin, hematokrit dan hitung SDM meningkat. Jumlah darah kapiler lebih tinggi daripada jumlah darah vena. Masa saat contoh darah diambil, yakni masa setelah bayi lahir, merupakan waktu yang penting.
Leukosit janin dengan nilai hitung sel darah putih sekitar 18.000/mm3 merupakan nilai normal saat bayi lahir. Jumlah leukosit janin yang sebagian besar terdiri dari polimorf ini, meningkat menjadi 23.000 sampai 24.000/mm3 pada hari pertama setelah bayi lahir. Biasanya kadar sel darah putih dipertahankan sekitar 11.500/mm3 selama periode neonatal.
Hitung trombosis dan agregasi trombosis sama penting baik bagi bayi baru lahir maupun bagi orang dewasa. Kecendrungan perdarahan pada bayi baru lahir jarang terjadi, pembekuan darah cukup untuk mencegah perdarahan hanya jika terjadi defisiensi vitamin K berat.

c. Sistem Pernafasan
Paru-paru bayi cukup bulan mengandung sekitar 20 ml cairan/kg (Blackburn, Loper dalam Bobak 2005). Udara harus diganti oleh cairan yang mengisi traktus respiratorius sampai alveoli. Pada kelahiran pervaginam normal, sejumlah kecil cairan keluar dari trakea dan paru-paru bayi. Dalam satu jam pertama kehidupan bayi, sistem limpatik paru secara kontinu mengeluarkan cairan dalam jumlah besar. Pengeluaran cairan ini juga diakibatkan perbedaan tekanan dari alveoli sampai jaringan interstisial dan sampai kapiler pembuluh darah. Penurunan resistensi mempermudah aliran cairan paru-paru ini.

Pernafasan abnormal dan kegagalan paru untuk mengembang dengan sempurna mengganngu aliran cairan paru janin dari alveoli dan interstitial ke sirkulasi pulmoner. Resistensi cairan ini akan mengganngu kemampuan bayi memperoleh oksigen yang cukup.

Tarikan nafas pertama terjadi akibat reflek yang dipicu oleh perubahan tekanan, pendinginan, bunyi, cahaya, dan sensasi lain yang berkaitan dengan proses kelahiran. Selain itu kemoreseptor di aorta dan badan karotid menginisiatifkan reflek neurologis ketika tekanan oksigen arteri menurun dari 80 menjadi 15 mmHg, tekanan karbondioksida arteri meningkat dari 40 menjadi 70 mmHg dan Ph arteri menurun sampai di bawah 7,35. Apabila perubahan yang terjadi sangat ekstrem, depresi pernafasan dapat terjadi. Pada kebanyakan kasus, timbul reaksi pernafasan yang berlebihan dalam satu menit setelah bayi lahir, sehingga bayi mulai menarik nafas yang pertama dan menangis.

Pola pernafasan tertentu menjadi karakteristik bayi baru lahir normal yang cukup bulan. Setelah pernafasan mulai berfungsi, nafas bayi menjadi dangkal dan tidak teratur, bervariasi dari 30 sampai 60 kali per menit, disertai apnea singkat ( kuran dari 15 detik). Periode apnea singkat ini paling sering terjadi selama siklus tidur aktif (REM). Durasi dan frekuensi apnea menurun seiring peningkatan usia.

Bayi baru lahir biasanya bernafas melalui hidung. Respon bayi terhadap obstruksi hidung ialah membuka mulut untuk mempertahankan jalan nafas. Kebanyakan bayi tidak memiliki respon ini sampai usia tiga minggu. Oleh karena itu asfiksia dan sianosis dapat terjadi akibat obtruksi hidung.

Lingkaran dada berukuran 30 sampai 33 cm saat bayi lahir. Auskultasi dada bayi baru lahir akan menghasilkan bunyi nafas yang bersih dan keras dan berbunyi terdengar sangat dekat karena jaringan pada dinding dada masih tipis. Tulang iga bayi bereartikulasi dengan tulang dada secara horisontal, bukan berbentuk sudut ke bawah. Akibatnya rongga dada bayi tidak mengembang sebaik orang dewasa saat paru inspirasi. Fungsi pernafasan neonatus terutama terbentuk akibat kontraksi diafragma. Tekanan intratoraks negatif terjadi akibat penurunan diafragma. Dada dan abdomen bayi baru lahir naik secara simultan saat inspirasi. Pernafasan seesaw (seperti gerakan neraca timbang, satu sisi naik, satu sisi turun) merupakan pernafasan yang tidak normal.
Alveoli paru janin dilapisi surfactktan. Ekspansi paru mempercepat sekresi surfaktan.

Fungsi surfaktan adalah :

1. menurunkan tegangan permukaan. Oleh karena itu membutuhkan tekanan yang lebih kecil untuk mempertahankan alveolus tetap terbuka

2. mempertahankan stabilitas alveolar dengan mengganti tegangan permukaan dengan perubahan bentuk alveolus.
Sistem surfaktan berkembang sewaktu janin berkembang di dalam rahim. Maturitas paru-paru janin dapat ditentukan dengan memeriksa rasio lesitin / sfingomielin dan kadar fosfolipid lain dalam cairan amniotik. Fosfatidilgliserol muncul pada minggu ke 35 dan 36. Kehadiran fosfatidilgliserol merupakan indikator yang lebih dapat diperkirakan dalam menentukan maturitas paru.

Konsentrasi lesitin dan spingomielin meningkat seiring peningkatan usia kehamilan. Paru-paru janin yang matur memiliki rasio lesitin / sfingomielin > 2:1. Bayi yang lahir sebelum rasio 2:1 mengalami gangguan pernafasan dengan tingkatan yang berbeda.
Karakteristik sistem pernafasan neonatus adalah:
a. Jaringan elastis dan recoil paru menurun mengakibatkan kelenturan paru berkurang. Diperlukan kerja dan tekanan yang lebih besar untuk mengembangkan paru, resiko stelektasis.

b. Pergerakan diafragma terbatas mengakibatkan gerak nafas kurang efektif, risiko atelektasis.

c. Lebih suka bernafas melalui hidung, laring dan epiglotis tinggi menyebabkan bernafas dan menelan pada waktu bersamaan, risiko obtruksi saluran udara, sukar mengintubasi.

d. Jalan nafas kecil dan lentur, resistensi udara besar, reflek batuk lemah mengakibatkan risiko obtruksi jalan udara dan risiko apnea.

e. Sistem surfaktan berubah pada bayi yang belum matang, mengakibatkan area atelektasis, kerja pernafasan meningkat, risiko sindrom distres pernafasan (respiratory distress syndrom (RDS)).

f. Kontrol pernafasan belum matur berdampak pernafasan tidak teratur, tidak mampu meningkatkan jumlah nafas dan menarik nafas dalam dengan cepat.

e. Sistem Urinaria
Pada bulan keempat ginjal ternbentuk. Di dalam rahim urin sudah terbentuk dan dieksresi kedalam cairan amniotik. Pada kehamilan cukup bulan ginjal menempati sebagian besar dinding abdomen posterior. Letak kandung kemih dekat dinding abdomen dan organ pelvis. Pada bayi baru lahir, hampir semua massa yang teraba di abdomen berasal dari ginjal.
Fungsi ginjal belum terbentuk pada tahun kedua kehidupan. Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi, diare atau pola makan yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis dan keseimbangan cairan, seperti dehidrasi atau edema. Ketidakmaturan ginjal juga membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk mengeksresi obat.
Biasanya sejumlah kecil urine terdapat dalam kandung kemih bayi saat lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urin selama 12 -24 jam. Berkemih 6-10 kali dengan warna urin pucat menunjukkan masukan cairan yang cukup. Kadang-kadang bercak merah muda terlihat pada popok. Bercak ini muncul akibat kristal asam urat dan merupakan hal yang normal.
Perbedaan keseimbangan cairan dan elektroolit bayi baru lahir dari respon fisiologis orang dewasa adalah:
a. Distribusi cairan ekstrasel dan intrasel bayi sekitar 40% BB bayi baru lahir terdiri dari cairan ekstrasel, sedangkan orang dewasa 20%.

b. Setiap hari bayi baru lahir memasukkan dan mengeluarkan 600 sampai 700 ml air yang ekivalen dengan 20% total cairan tubuh atau 50% cairan ekstrasel. Orang dewasa menukar 2000 ml air yang ekivalen dengan 5% total cairan tubuh dan 14% cairan ekstrasel.

c. Konsentrasi natrium, fosfat, klorida dan asam organik lebih tinggi dan konsentrasi ion bikarbonat lebih rendah pada bayi baru lahir.

d. Kecepatan GFR ialah 30% pada bayi baru lahir, sebaliknya pada orang dewasa 50%. Hal ini menyebabkan kemampuan untuk mengeluarkan senyawa yang mengandung nitrogen dan sampah lain dari darha menurun. Akan tetapi pencernaan bayi baru lahir memetabolisme hampir semua protein pertumbuhan.

e. Penurunan kemampuan untuk mengekskresi kelebihan natrium menyebabkan urin hipotonik, bila dibandingkan dengan plasma.

f. Reabsorbsi natrium menurun akibat aktivitas sodium – potasium- actived adenosinetriphosphatase (ATP-ase) rendah.

g. Bayi baru lahir dapat mengencerkan urin sampai 50 miliosmol (mOsm). Kapasitas untuk mengencerkan urin mlampaui kapasitas untuk mengonsentrasinya. Terdapat keternbatasan kemampuan untuk meningkatkan volume urin.

h. Bayi baru lahir dapat mengonsentrasi urin dari 600 sampai 700 mOsm sedangkan kapasitas orang dewasa ialah 1400 mOsm. Ketidakmampuan mengonsentrasi tidak bersifat absolut, tetapi dibandingkan dengan kemampuan orang dewasa, kemampuan bayi baru lahir terbatas. Berat jenis urin bayi baru lahir berkisar dari 1,005 sampai 1,015.

i. Bayi baru lahir memiliki ambang glukosa yang lebih tinggi.

e. Sistem Pencernaan
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana, serta mengemulsi lemak. Kecuali amilase pangkreas, karakteristik enzim dan cairan pencernaan bahkan sudah ditemukan pada bayi yang BBLR.
Pada bayi baru lahir dengan hidrasi yang adekuat membran mukosa mulutnya lembab dan berwarna merah muda. Umumnya membran mukosa tidak sianosis. Pengeluaran air liur sering terlihat selama beberapa jam pertama setelah bayi lahir. Kista retensi, yakni daerah kecil berwarna putih dapat ditemukan pada tepi gusi dan pertemuan pada palatum durum dan mole. Palatum durum dan mole utuh. Pipi terisi penuh dengan organ bakal penghisap yang telah berkembang. Kondisi ini seperti juga tuberkel labia pada bibir atas, akan menghilang setelah periode menghisap berakhir. Kadang-kadang bayi lahir dengan satu gigi atau lebih.

Suatu mekanisme khusus, yang terdapat pada bayi baru lahir normal dengan BB> 1500 g, mengoordinasi reflek pernafasan, reflek menghisap dan menelan yang diperlukan dalam pemberian makan bayi.Bayi baru lahir melakukan tiga sampai empai hisapan kecil setiap menghhisap. Pada bayi baru lahir cukup bulan, isapan lebih lama dan efisien berlangsung hanya beberapa jam setelah bayi lahir. Bayi baru lahir tidak mampu memindahkan makanan dari bibir ke faring, sehingga puting susu harus diletakkan cukup dalam di mulut bayi. Aktivitas peristaltik esofagus belum dikoordinasi selama beberapa hari pertama kehidupan. Namun dengan cepat akan menjadi pola yang terkoordinasi pada bayi normal dan mereka mampu menelan dengan mudah.

Saat bayi lahir, tidak terdapat bakteri dalam saluran cernanya. Segera setelah lahir, orifisium oral dan orifisium anal memungkinkan bakteri dan udara masuk. Bising usus bayi dapat terdengar satu jam setelah lahir. Biasanya konsentrasi bakteri tertinggi terdapat di bagian bawah usus halus dan terutama di usus besar. Flora normal usus membantu sintesis vitamin K, asam folat dan biotin.

Kapasitas lambung bervariasi dari 30 sampai 90 ml, tergantung pada ukuran bayi. Waktu pengosongan lambung bervariasi dipengaruhi beberapa faktor seperti waktu pemberian makan dan volume makanan, jenis dan suhu makanan, serta psikis. Spingter kardia dan kontrol saraf lambung masih belum matur.

Keasaman lambung bayi baru lahir akan menurun dalam satu minggu dan tetap rendah selama dua sampai tiga bulan. Penurunan ini dapat menimbulkan kolik. Bayi yang mengalami kolik tidak dapat tidur, menangis dan tampak distres diantara waktu makan, gejala ini akan hilang setelah bayi berusia tiga bulan.

Pencernaan dan absorbsi nutrien lebih lanjut berlangsung di usus halus. Sekresi pankreas, sekresi dari hati melalui saluran empedu dan sekresi dari duodenum membuat proses yang kompleks ini dapat berlangsung.
Kemampuan bayi baru lahir untuk mencerna karbohidrat, lemak dan protein diatur oleh beberapa enzim tertentu. Kebanyakan enzim ini telah berfungsi kecuali enzim amilase yang diperoduksi oleh kelenjar saliva setelah tiga bulan dan oleh pankreas pada usia sekitar enam bulan. Enzim ini diperlukan untuk mengubah karbohidrat menjadi maltosa. Lipase juga disekresi oleh pankreas dan diperlukan untuk mencerna lemak. Oleh karena itu bayi baru lahir yang normal mampu mencerna karbohidrat sederhana dan protein, tetapi dalam ternatas dalam mencerna lemak.

Saat lahir, usus bayi bagian bawah penuh dengan mekonium. Mekonium yang dibentuk selama janin dalam kandungan berasal dari cairan amnion dan unsur-unsurnya, dari sekresi usus dan dari sel-sel mukosa. Mekonium berwarna hijau kehitaman, konsistensinya kental dan mengandung darah samar. Mekonium pertama yang keluar steril, tetapi beberapa jam kemudian semua mekonium yang keluar mengandung bakteri. Sekitar 69% bayi normal yang cukup bulan mengeluarkan mekonium dalam 12 jam pertama kehidupannya, 94% dalam 24 jam dan 99% dalam 48 jam.

Jumlah feces pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama seminggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam. Feces transisi (kecil-kecil, berwarna coklat sampai hijau akibat adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari ketiga samp[ai keenam. Bayi baru lahir yang diberi makan lebih awal akan lebih cepat mengeluarkan tinja daripada mereka yang diberi makan kemudian (Boyer dalam Bobak 2005). Tinja dari bayi yang disusui ibunya lebih lunak, warna kuning keemasan, dan tidak mengiritasi kulit bayi. Defekasi normal bayi satu kali setiap tiga tau empat hari. Sedangkan tinja dari bayi yang minum susu botol berbentuk, tetapi tetap lunak, warna kuning pucat dan memiliki bau yang khas. Tinja ini cenderung mengiritasi kulit bayi, enam kali defekasi setiap hari.
Distensi otot lambung menimbulkan relaksasi dan kontrasi otot kolon. Akibatnya, bayi sering buang air besar saat diberi makan. Bayi mulai memiliki pola defekasi pada minggu kedua kehidupannya. Dengan tambahan makanan padat, tinja bayi secara bertahap mulai menyerupai tinja orang dewasa.

f. Sistem Hepatika
Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat kehamilan. Pada BBL, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm dibawah batas kanan iga karena hati besar dan menempati sekitar 40% rongga abdomen.

a. Penyimpanan Besi
Hati janin (yang berfungsi memproduksi hemoglobin setelah Lahir) mulai menyimpan besi sejak dalam kandungan. Apabila ibu mendapat cukup asupan besi selama hamil, bayi akan memiliki simpanan besi yang dapat bertahan sampai bulan kelima kehidupaanua diluar rahim.

b. Konyugasi Bilirubin
Hati mengatur jumlah bilirubun tidak terikat dalam peredaran darah. Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari hemoglobin yang terlepas saat pemecahan sel darah merah dan mioglobin di dalam sel otot. Hemoglobin difagositosis oleh sel retikuloendotelial, diubah menjadi bilirubin, dan dilepas dalam bentuk tidak terkonyugasi. Bilirubun yang tidak terkonyugasi disebut bilirubin indirek, relatif tidak larut dalam air dan hampir seluruhnya terikat dengan albumin, suatu portein plasma, didalam sirkulasi. Bilirubin yang tidak terikat ini dapat meninggalkan sisten peredaran darah dan memasuki jaringan ekstravaskuler (mis: kulit, sklera, da, membram mukosa). Warna kuning yang timbul disebut ikterik.

Di dalam hati, bilirubin yang tidak terikat ini dikonyugasi oleh glikorinidase bila ada enzim glukoriniltransferase. Bilirubin dalam bentuk konyugasi ini dikeluarkan dari sel-sel hati kedalam cairan empedu. Bilirubin ini disebut bilirubin direk dan larut dalam air. Bersama komponen empedulain. Bilirubin direk ini diekskresi kedalm sistim traktus billier (saluran empedu) yang membawanya ke duodenum, bilirubin diubah menjadi urobilinogen dan sterkobilin di dalam duodenum, akibat kerja flora usus. Urobilinogen diekskresi kedalam urine dan tinja, sedang sterkobilin hanya diekskresi kedalam tinja. Bilirubin serum total ialah jumlah bilirubin terkonyugasi (direk) dan bilirubin tidak terkonyugasi (indirek).
Tempat ikatan albumin (albumin binding) serum yang adekuat tersedia, kecuali jika bayi mengalami asfiksia neonatorum, cold stress, atau hipoglikemia. Ibu yang menggunakan obat-obatan sebelum melahirkan, misalnya sulfa dan aspirin, dapat emngalami penurunan jumlah ikatan albumin pada bbl. Walupun bbl memiliki kapasitas fungsional untuk mengubah bilirubin, kebanyakan bayi mengalami hiperbilirubinemia fisiologis.

c. Hiperbilirubinemia fisiologis
Hiperbilirubinemia fisiologis atau ikterik neonatal merupakan kondisi yang normal pada 50% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi prematur, Korones mencatat bahwa ikterik neonatus terjadi akibat hal-hal dibawah ini:
1) BBL memiliki produksi bilirubin dengan kecepatan produksi yang lebin tinggi. Jumlah seldarah merah janin perkilogram berat badannya lebih besar daripada orang dewasa. Umur sel darah merah janin lebih pendek, 40 – 90 hari dibanding 120 hari pada orang dewasa.
2) Terdapat cukup banyak reebsorbsi blirubin pada usus halus janin.
Walaupun ikterik neonatal dianggap ringan, bilirubin dapat menumpuk sampai mencapai kadar yang membahayakan dan menjadi patologis. Resiko hiperbilirubin meningkat bila klem tali pusat dilakukan lebih lambat.
Cold sterss pada BBL dapat menimbulkan asidosis dan meningkatkan kadar asam lemak bebas. Apabila terdapat asidosis, ikatan albumin dan bilirubin melemah , sehingga bilirubin terlepas. Kernikterik komplikasi hiperbilirumin neonatal yang paling serius, merupakan akibat presipitasi bilirubin dalam sel-sel syaraf yabg merusak sel-sel saraaf tersebut. Bayi yang selamat dapat mengalamo cerebral palsi, retardasi mental atau gangguan neurologis lain.

g. Sistem Imun
Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal kehidupan janin. Namun sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan. Selama tiga bulan pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima dari ibu. Barier alami, seperti keasaman lambung atau produksi pepsin dan tripsin, yang tetap mempertahankan kesterilan usus halus, belum berkembang dengan baik sampai tiga atau empat minggu. IgA pelindung membran hilang dari traktus nafas dan traktus urinarius. IgA ini juga tidak terlihat pada traktus gastrointestinal, kecuali jika diberi ASI. Bayi mulai mensintesis IgG dan mencapai sekitar 40% kadar IgG orang dewasa pada usia 1 tahun. Bayi yang menyusu mendapat kekebalan pasif dari kolustrum dan ASI. Tingkat proteksi bervariasi tergantung pada usia dan kematangan bayi serta sistem imunitas yang dimiliki ibu.

h. Sistem Integumen
Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir, tetapi masih belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Verniks caseosa juga berfusi dengan epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Kulit bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi cukup bulan memiliki kulit kemerahan beberapa jam setelah lahir, setelah itu warnanya menucat menjadi normal. Kulit sering terlihat berbercak, terutama di ekstrimitas. Tangan dan kaki terlihat sianotik, ini disebabkan ketidakstabilan vasomotor, statis kapiler, dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7 – 10 hari terutama bila terpajan udara dingin.

Bbl yang sehat dan cukup bulan tampak gemuk. Lemak subkutan yang terakumulasi selama trimester akhir berfungsi melindungi bayi. Kulit mungkin agak ketat, ini disebabkan oleh retensi cairan. Lanugo halus dapat terlihat diwajah, bahu dan punggung. Edema wajah dan ekimosis dapat timbul akibat presentasi muka atu kelahiran dengan forcep. Petekie dapat timbul dapat timbul jika ditekan. Bila petekie terdepat diseluruh tubuh mmungkin mrngindikasikan adanya suatu masalah seperti hitung pletelet rendah atau infeksi.

Kaput Suksedaneum
Adalah edema pada kulit kepala, yang ditemukan dini. Tekanan verteks yang lama pada serviks menyebabkan pembuluh darah setempat mendapat penekanan, sehingga memperlambat aliran balik vena. Aliran balik vena yang melambat membuat cairan jaringan kulit didaerah kepala meningkat, sehingga terjadi pembengkakan edema. Tonjolan edema, yang terlihat saat bayi lahir, memanjang sesuai garis sutura tulang tengkorak dan lenyap secara spontan dalam tiga sampai empat hari.

Sefalhematoma
adalah Kumpulan darah diantara tulang tengkorak dan periosteumnya. Dengan demikian sefalhematoma tidak pernah melewati garis sutura kepala. Perdarahan dapat terjadi pada kelahiran spontan akibat penekanan pada tulang panggul ibu. Kelahiran dengan forcep rendah dan rotasi forcep yang sulit juga dapat mengakibatkan perdarahan. Benjolan lunak yang berfluktuasi dan tidak dapt direduksi ini tidak membesar saat bayi menangis, mulai terlihat beberapa jam setelah bayi lahir, atau menjadi jelas setelah capu seksudeneumnya mengecil. Biasanya mencapai ukuran terbesar pada hari kedua atau ketiga, pada saat tersebut perdarahan telah berhenti. Sefalhematom akan hilang dengan spontan dalam 3 – 6 minggu. Keadaan ini tidak diaspirasi karena akan terjadi infeksi.
Setelah hematom hilang, terjadi hemolisis sel darah merah. Hiperbilirubin dapat timbul setelah bayi berada dirumah.

Deskuamasi
Adalah pengelupasan kulit. Tidak terjadi sampai beberapa hari setelah bayi lahir, bila terjadi merupakan indikasi pascamaturitas.
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
Kelenjar keringat sudah ada saat bayi lahir, tetapi kelenjar ini tidak berespon terhadap peningkatan suhu tubuh. Terjadi sedikit hiperplasia kelenjar sebacea (lemak) dan sekresi sebub akibat pengaruh hormon saat hamil. Verniks caseosa suatu substansi mirip keju, merupakan produk kelenjar sebacea. Distensi kelenjar sebacea yang terlihat pada bbl terutama didaerah dagu dan hidung dikenal dengan milia.

i. Sistem Reproduksi

a. Perempuan
Saat lahir ovarium bayi berisi beribu-ribu sel germinal primitif. Sel-sel ini mengandung komplemen lengkap ova yang matur karena tidak berbentuk oogonia lagi setelah bayi cukup bulan lahir. Korteks ovarium, yang terutama terdiri dari folikel primordial, membentuk bagian ovarium yang lebih tebal pada bbl daripada pada orang dewasa. Jumlah ovum berkurang sekitar 90% sejak bayi lahir sampai dewasa. Peningkatan kadar estrogen selama hamil, yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir, mengakibatkan pengeluaran suatu cairan mukoit atau kadang-kadang bercak darah melalui vagina (pseudomenstrusi). Genetalia eksterna biasanya edema disertai pigmentasi yang lebih banyak. Pada bbl cukup bulan, labia mayora dan minora menutupi vestibulum. Pada bayi prematur, klitoris menonjol dan labia mayora kecil dan terbuka.

b. Pria
Testis turun kedalam skrotum pada 90% bbl laki-laki. Walaupun presentasi ini menurun pada kelahiran prematur, pada usia satu tahun insiden testis tidak turun pada semua anak laki-laki berjumlah kurang dari 1%. Spermatogenesis tidak terjadi sampai usia pubertas.
Prepusium yang ketat seringkali dijumpai pada bbl. Muara urethra dapat tertutup prepusium dan tidak dapat ditarik kebelakang selama tiga sampai empat bulan. Sebagai respon terhadap estrogen ibu, ukuran genetalia eksterna bayi baru lahir cukup bulan dapat meningkat, begitu pula dengan pigmentasinya. Terdapat rugae yang melapisi kantong srotum. Hidrokel sering terjadi dan biasanya kan mengecil tanpa pengobatan.

Pembengkakan jaringan payudara
Pembengkakan jaringan payudara pada kedua jenis kelamin bbl disebabkan oleh peningkatan estrogen selama masa hamil. Pada beberapa bbl, dapat terlihat rabas encer (witch’s milk). Temuan ini tidak memiliki makna klinis, tidak perlu diobati, dan akan menghilang seiring penurunan kadar hormon ibu dalam tubuh bbl tersebut.

j. Sistem Skelet
Arah pertumbuhan sefalocaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai.
Wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak yang jika dibaningkan lebih besar dan berat. Ukuran dan bentuk kranium dapat emngalami distorsi akibat molase.
Pada bbl, lutut saling berjauhan saat kaki diliruskan dan tumit disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki.
Ekstrimitas harus simetris. Harus terdapat kuku jari tangan dan kaki. Garis telapak tangan sudah terlihat demikian juga pada telapak kaki bayi cukup bulan.

k. Sistem Neuromuskuler
Bayi baru lahir cukup bulan dikenal sebagai mahluk hidup yang reaktif, responsif dan hidup. Perkembangan sensori bbl dan kapasitas untuk melakukan interaksi sosial dan organisasi diri sangat jelas terlihat.
Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat diprediksi selama periode bayi sampai awal masa kanak-kanak. Pertumbuhan ini menjadi lebih bertahap selama sisa dekade pertama dan minimal selama masa remaja. Pada akhir tahun pertama, pertumbuhan cerebelum yang dimulai pada usia kehamilan sekitar 30 minggu berakhir. Mungkin inilah penyebab otak rentan terhadap trauma nutrisidan trauma lain selama masa bayi.

Otak memerlukan suplai glukosa sebagai sumber energi dan suplai oksigen dalam jumlah besar untuk proses metabolisme yang adekuat. Kebutuhan yang besar ini menandakan diperlukannya suatu pengkajian cermat tentang kemampuan bayi dalam mempertahankan kelancaran jalan nafas dan juga pengkajian kondisi-kondisi pernafasan yang membutuhkan oksigen. Kebutuhan akan glukosa perlu dipantau dengan cermat pada bbl yang mungkin mengalami episode hipoglikemia.

Kontrol neuromuskuler pada bbl, walupun masih sangat terbatas, dapat ditemukan. Apabila bbl diletakkan diatas permukaan yang keras dengan wajah menghadap kebawah, bayi akan memutar kepalanya kesamping untuk mempertahankan jalan nafas. Bayi berusaha mengangkat kepalanya supaya tetap sejajar dengan tubuhnya bila kedua lengan bayi ditarik keatas hingga kepala terangkat.
Reflek pada bayi baru lahir
Bbl memiliki banyak reflek primitif. Waktu dan saat refleks bbl ini muncul dan menghilang menunjukkan kematangan dan perkembangan sistem saraf yang baik. Reflak yang sering muncul lihat pada tabel.

l. Sistem Termogenik
Temogenesis berarti produksi panas. Perawatan neonatus yang efektif didasarkan pada upaya mempertahankan suhu optimum udara di ruangan. Suhu tubuh dipertahan kan supaya tetap berada pada batas sempit suhu tubuh normal dengan memproduksi panas sebagai respons terhadap pengeluaran panas. Hipertermi akibat pengeluaran panas secara berlebihan adalah masalah yang membahayakan hidup bbl. Kemampuan bbl untuk memproduksi panas seringkali mendekati kapasitas orang dewasa. Akan tetapi kecendurungan pelepasan panas yang cepat pada lingkungan yang dingin lebih besar dan sering menjadi suatu keadaan membahayakan bayi baru lahir.

Produksi panas
Mekanisme produksi panas dengan cara menggigil jarang terjadi pada bbl. Termogenesis tanpa menggigil dapat dicapai, terutama adanya lemak coklat pada bbl dan kemudian dibentuk peningkatan aktifitas metabolisme di otak, di jantung dan di hati. Lemak coklat terdapat dalam cadangan permukaan, yaitu didaerah interskapula dan di aksila, serta dibagian yang lebih dalam, yaitu dipintu masuk thorak, disepanjang kolumna vertebralis dan disekitar ginjal. Lemak coklat memiliki vaskularisasi dan persarafan yang lebih kaya daripada lemak biasa. Panas yang dihasilkan aktifitas metabolisme lipid didalam lemak coklat dapat menghangatkan bbl dengan meningkatkan produksi panas sebesar 100%. Cadangan lemak coklat ini biasanya bertahan selama beberapa minggu setelah bayi lahir dan menurun dengan cepat jika terjadi sterss dingin. Bayi prematur memiliki cadangan lemak coklat yang lebih sedikit.
Pengaturan Suhu

Perbedaan anatomi dan fisiologi antara bbl dan orang dewasa adalah:
a. Insulasi suhu pada bbl kurang, dibanding dengan orang dewasa. Pembuluh darah lebih dekat ke permukaan kulit. Perubahan temperatur lingkungan akan mengubah temperatur darah, sehingga mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus.

b. Rasio permukaan tubuh bbl lebih besar terhadap berat badan. Posisi fleksi bbl diduga sebagai sistem pengaman untuk mencegah pelepasan panas karena sikap ini mengurangi pemajanan permukaan tubuh pada suhu lingkungan.

c. Kontrol vasomotor pada bbl belum berkembang dengan baik, kemampuan mengkonstriksi pembuluh darah subkutan dan kulit sama baik antara bayi prematur dan orang dewasa.

d. Bbl memproduksi panas terutama melalui upaya termogenesis tanpa menggigil.

e. Kelenjar keringat bbl hampir tidak berfungsi sampai minggu keempat setelah bayi lahir.
Bayi normal mungkin mencoba meningkatkan suhu tubuh dengan menangis atau emningkatkan aktivitas motorik dalam merespon terhadap ketidaknyamanan karena sushu lingkungan lebih rendah. Menangis meningkatkan beban kerja, dan penyerapan kalori mungkin lebih tinggi, terutama pada bayi yang mengalami gangguan.

Stres Dingin
Stres dingin menimbulkan masalah fisiologis dan metabolisme pada bbl, tanpa memandang usia kehamilan dan masalah lain. Kecepatan pernafasan meningkat sebagai respon terhadap kebutuhan oksigen ketika kebutuhan oksigen meningkat secara bermakna pada stres dingin. Konsumsi oksigen dan energi pada bbl yang emgalami stres dingin dialihkan dari fungsi untuk menpertahankan pertumbuhan, fungsi sel otak dan fungsi jantung normal menjadi fungsi termogenesis agar bayi dapat tetap hidup. Apabila bbl tidak dapat mempertahankan oksigen tetap adekuat, terjadi fasokonstriksi yang mengganggu perfusi paru. Akibatnya kadar gas PO2 dalam darah arteri menurun dan pH darahpun turun. Perubahan ini dapat menyebabkan distres pernafasan atau sindrom distres pernafasan (RDS) yang sudah ada menjadi semakin berat. Hal ini juga dikenal dengan penyakit membran hyalin (hyalin membrane disease,HMD). Selain itu penurunan perfusi paru dan tegangan oksigen dapat mempertahankan atau membuka kembali pirau kanan ke kiri pada duktus arteriosus yang paten
Kecepatan metabolisme basal (BMR) meningkat pada stres dingin apabila stres dingin ini memanjang, terjadi glikolisis anaerobik yang menyebabkan peningkatan produksi asam. Terjadilah metabolisme asidosis dan jika terdapat gangguan fungsi pernafasan, dapat terjadi juga asidosis respiratorik. Kelebihan asam lemak menggeser bilirubun dari tempat ikatan albumin. Hal ini menyebabkan kadar bilirubin tidak terikat meningkat dalam darah. Keadaan ini meningkatkan resiko terjadinya kernikterus, walaupun kadar ilirubin serum sama atau kurang dari 10 mg/100 ml.

TUMBUH KEMBANG TAHUN PERTAMA
Pada usia 5 bulan, berat badan menjadi dua kali lipat berat badan lahir
Tiga kali lipat pada waktu umur 1 tahun
Panjang badan bertambah 25-30 cm dalam tahun pertama
Lingkar kepala rata-rata 34-35 menjadi 44 cm pada usia 6 bulan dan 47 cm pada usia 1 tahun
Lingkar dada berukuran agak lebih kecil dari lingkar kepala, tapi saat berusia 1 tahun keduanya berukuran sama
Penambahan jaringan subkutan terutama bulan-bulan pertama dan puncaknya pada bulan ke 9
Fontanel anterior biasanya berukuran 3x3 cm saat lahir, menjadi agak lebih lebar sampai berumur 6 bulan, menutup pada umur 9-18 bln
Fontanel posterior menutup pada umur 4 bulan
Erupsi gigi susu pertama terjadi pada umur 5-9 bulan dengan diawali oleh keluarnya gigi seri tengah bawah kemudian secara berurutan gigi seri tengah atas, gigi seri lateral atas, bawah, geraham susu pertama, gigi taring dan geraham susu kedua.
Umumnya saat berusia 1 tahun anak mempunyai gigi 6-8 gigi, kadang-kadang hanya 2 buah walaupun tidak ada kelainan pertumbuhan.
Tumbuh kembang 3 bulan pertama
Belajar mengangkat kepala
Belajar mengikuti obyek dengan matanya
Melihat ke muka seseorang dan tersenyum
Bereaksi terhadap bunyi / suara
Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak
Menahan barang yang dipegangnya
Mengoceh spontan/ bereaksi dengan mengoceh
3-6 bulan
Mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada dengan bertopang tangan
Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau diluar jangkauannya
Menaruh benda-benda dimulutnya
Berusaha memperluas lapangan pandangan
Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
6-9 bulan
Dapat duduk tanpa dibantu
Dapat tengkurap dan berbalik sendiri
Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
Memegang benda kecil dengan ibujari dan telunjuk
Bergembira dengan melempar-lempar benda
Mengeluarkan kata-kata tanpa arti
Mengenal muka anggota keluarga dan takut pada orang asing
Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan, sembunyi-sembunyian
9-12 bulan
Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
Dapat berjalan dengan dituntun
Menirukan suara
Mengulang bunyi yang didengarnya
Belajar menyatakan 1-2 kata
Mengerti perintah sederhana / larangan
Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasikan sekitarnya, ingin menyentuh apa saja dan memasukkan ke mulutnya
Berpartisipasi dalam permainan

CIRI – CIRI TUMBUH KEMBANG ANAK
1) Ciri – ciri Pertumbuhan:
(1) Perubahan ukuran
Bertambahnya umur anak maka terjadi penambahan BB, TB, LK, organ – organ tubuh bertmbah besar sesuai peningkatan kebutuhan tubuh.
(2) Perubahan proporsi
Selain bertambahnya ukuran – ukuran, tubuh juga memperlihatkan perubahan proporsi.
(3) Hilangnya ciri – ciri lama
Selama proses pertumbuhan terdapat beberapa ciri – ciri lama yang menghilang seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan menghilangnya refleks – refleks primitif.
(4) Timbulnya ciri – ciri baru
Terjadi akibat pematangan fungsi – fungsi organ seperti munculnya gigi tetap yang menggantikan gigi susu, munculnya tanda – tanda seks skunder seperti tumbuhnya rambut pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita.

Ciri – ciri pertumbuhan mempunyai keunikan yaitu:
a. Kecepatan pertumbuhan yang tidak teratur
Ada masa –masa dimana pertumbuhan sangat pesat yaitu masa pranatal, bayi dan adolesensi, di luar masa itu pertumbuhan berlangsung lambat.
b. Masing – masing organ memiliki pola pertumbuhan yang berbeda
Pertumbuhan bagian – bagian tubuh mengikuti pola pertumbuhan TB terutama tulang dan otot. Beberapa organ tubuh tertentu tidak mengikuti pola pertumbuhan umum tetapi mempunyai pola tersendiri.

Secara umum terdapat 4 pola kurva pertumbuhan yaitu:
1) Pola pertumbuhan umum
Yang khas pada pertumbuhan secara umum ialah pertumbuhan TB, sampai usia 2 tahun pertambahan TB berlangsung cepat kemudian pertumbuhan berlangsung stabil sampai masa pubertas. Mulai masa pubertas, hormon kelamin berpengaruh sehingga pertumbuhan berlangsung cepat sampai akil balik.
2) Pola pertumbuhan organ limfoid
Organ limfoid mengalami pertumbuhan secara cepat pada usia sekitar 12 tahun mencapai 200% dan berangsur menurun sampai usia dewasa menjadi100%. Dengan keadaan ini anak pada masa pubertas relatif lebih kuat daya tahan tubuhnya.
3) Pola pertumbuhan otak dan kepala
Pertumbuhan otak dan kepala terjadi paling cepat dibanding bagian tubuh lain sejak kehidupan intrauterin, bahkan berlanjut sampai tahun – tahun pertama kehidupan sehingga pada usia 6 tahun pertumbuhannya telah mencapai hampir 90% otak orang dewasa.
4) Pola pertumbuhan organ reproduksi
Selama masa anak, pertumbuhan dan perkembangan organ kelamin sangat lambat, pada masa pubertas terjadi pertumbuhan yang pesat.
2) Ciri – ciri Perkembangan:
(1) Perkembangan melibatkan perubahan
Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi, perkembangan sistem reproduksi misalnya disertai dengan perubahan pada organ kelamin.

(2) Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seorang anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum melewati tahapan sebelumnya sehingga perkembangan awal merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
(3) Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut 2 hukum yang tetap yaitu:
1. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala menuju kaudal à pola sefalokaudal
2. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerakan kasar) lalu berkembang ke daerah distal seperti jari – jari yang mempunyai kemampuan dalam gerakan halus à pola proksimodistal.
(4) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan misalnya seorang anak bisa berjalan setelah ia bisa berdiri.
(5) Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda – beda. Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja sedangkan bagian tubuh lain berkembang pesat pada masa lainnya.
(6) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dll.



Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik karena sudah tidak bergantung dari ibunya. Perubahan biologis besar yang terjadi saat bayi lahir memungkinkan transisi dari lingkungan intra uteri ke ekstra uterin.. Keberhasilan bayi beradaptasi terhadap kehidupan ektra uterin akan mempengaruhi kehidupan bayi selanjutnya.
Perawat bertanggung jawab terhadap keberhasilan bayi beradaptasi selama masa transisi. Perawat memfasilitasi dengan menciptakan lingkungan yang kondusif, melakukan pengkajian dan pemantauan awal yang cermat terhadap perubahan yang terjadi selama transisi. Keberhasilan perawat dalam membantu bayi beradaptasi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, pemahaman terhadap perubahan – perubahan atau adaptasi fisiologis, ( sistem pernafasan, cardiovaskuler, neurologis, termoregulasi dll), perubahan perilaku dan kemampuan psikomotor dalam melakukan penilaian terhadap kemampuan adaptasi fisiologis bayi baru lahir.

Tidak ada komentar:

ARTIKEL TERKAIT


Kirim Komentar Anda Disini